116 Halaman.
14 cm x 20 cm
Cet. I : 2019
"Tidak ada yang istimewa ketika seorang arsitek
menulis. Toh, seorang arsitek
(jebolan akademis) sudah tamat SD, yang telah belajar tulis-menulis secara
mendasar. Dan, tentunya, kemampuan menulis harus lebih tinggi, ditambah dengan
latar pendidikan akhir," tulis Gus Noy.
Menulis merupakan kegiatan dampingan–bukan sampingan–bagi
Arsitek Gus Noy. “Dampingan”, maksudnya, bagian dari upaya menyampaikan
pemikiran secara tertulis, selain tergambar.
Tulisan
pun tidak melulu berkaitan dengan
bidang belajarnya (Arsitektur). Masih banyak hal lainnya di sekitarnya yang berpotensi
menjadi gagasan (ide) penulisan Gus Noy.
Sebagian
tulisan Gus Noy tersebut terpajang di media daring (online), Kompasiana.Com.
Di media pelopor jurnalisme warga (Citizen Journalism) itu ia bergabung sejak 2013 dengan akun Agustinus Wahyono, dan
2017 dengan akun Gus Noy.
Sebagian tulisannya
tersebar di beberapa rubriknya, yaitu Catatan,
Edukasi, Sosbud, Humaniora, Travel, Wisata, Gaya Hi-dup, Karier, Regional, Media, Politik, dan Kotak Suara. Lebih sebagian lagi mendapat kategori “Pilihan” (Highlight) dari redaktur Kompasiana.Com, selain “Artikel Utama” (Headline) yang telah dibukukan, yaitu Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia
(2018), dan rencana berikutnya Surga Siap
Saji.
Dalam
buku Arsitek yang Menulis ini
terhimpun 24 artikel Gus Noy berkategori “Pilihan” dari Kompasiana periode 2014-2019. Judulnya berasal dari salah satu
artikel. Pemilihan judul berdasarkan latar pendidikan dan profesi seorang Gus
Noy, meskipun tidak semuanya mutlak mengenai arsitek dan arsitektur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar