108 halaman
14 cm x 20 cm
Rasuah atau korupsi memang semacam candu bagi sebagian
orang Indonesia. Bahkan, sebenarnya, korupsi tidak kalah berbahaya daripada
narkoba–membuat penggemarnya kecanduan dan mengajak orang-orang di sekitarnya.
Awal
1980-an Muchlas Ade Putra sudah menyanyikan Anak
Desa dengan satu liriknya berbunyi, “Korupsi menghambat pembangunan.”
Meski kalangan elite pernah mendengar lagu itu pada masa kecilnya, tidaklah
menjadi “pengingat” ketika dewasa, bahkan menjadi kakek-kakek.
Korupsi
pun hampir menjadi “candu” bagi Gus Noy alias Agustinus Wahyono sehingga tidak
sedikit tulisannya bertemakan “korupsi” dipajangnya di Kompasiana sejak bergabung pada 5 Maret 2013 Sebagian di antaranya
mendapat stempel “Pilihan” (Highlight),
dan segelintir saja yang distempel “Artikel Utama” oleh redaktur.
Dua puluh
dua artikel non-fiksinya yang berstempel “Pilihan” itu terhimpun dalam buku
ini. Tahun penayangannya antara 2014 sampai 2019 atau 5 tahun.
Judul
buku ini berasal dari artikel berjudul sama, “Korupsi Masuk Surga”, yang
terpajang pada 2 Maret 2018. Judulnya cukup mewakili sebagian artikel beraroma
rasuah (korupsi), karena tindak pidana korupsi telah menjadi semacam budaya
(tradisi), dan pengidapnya sama dengan psikopat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar